Senin, 02 Desember 2013
MAKALAH
OTOMOTIF
ALAT UKUR
Disusun oleh:
Mantra Innama
Teknik otomotif
POLIKTEKNIK DHARMA PATRIA
TEKNIK OTOMOTIF TAHUN AKADEMIK 2010/2011
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan taufiq dan inayahnya kepada kami sehingga makalah yang berjudul “Pancasila
Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus”
dapat diselesaikan dan disajikan sebagai tugas mata kuliah Pancasila.
Makalah ini disusun agar pembaca khususnya para mahasiswa dapat lebih
memahami pancasila dalam berbagai bidang kehidupan,serta pengamalannya dalam
paranannya sebagai manusia pancasila yang berada dalam lingkup perguruan
tinggi.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan
pihak-pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.
Penyusun mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat
banyak kekurangan dan untuk itu kami menerima kritik dan sarannya demi
perbaikan selanjutnya.
Terima
kasih.
Kebumen, 25 Januari 2011
Penyusun.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Alat-alat ukur
B.
Macam-macam alat ukur
-
Alat ukur mekanik
-
Alat ukur elektrik
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Dalam melakukan
suatu pekerjaan, manusia memiliki keterbatasan dimana terdapatnya pekerjaan
yang tidak bisa diselesaikan secara efektif dan efisien tanpa adanya factor
penunjang. Oleh karena itu dibutuhkan yang namanya fasilitas penunjang agar
pekerjaan yang rumit bisa menjadi lebih mudah dan dapat terselesaikan dengan
waktu yang relative singkat.
Peralatan Kerja
bengkel adalah sekumpulan alat/perkakas yang sering dipakai oleh mekanik dalam
melakukan pekerjaan di bengkel, misalnya dalam kegiatan-kegiatan produksi,
perawatan, perbaikan dan reparasi. Bagi seorang mekanik yang sehari-harinya
melakukan aktifitas tersebut, jelas memerlukan peralatan guna membantu agar pekerjaannya
bisa terselesaikan secara efektif dan efisien. Penggunaan peralatan yang benar
dan sesuai fungsinya merupakan keharusan.
Secara umum peralatan kerja dapat
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu: alat-alat tangan (basic
hand tools), alat-alat ukur (measuring tools) dan alat-alat khusus (special
service tools-SST).
BAB II PEMBAHASAN
A. Alat-alat
ukur
Alat ukur (measuring tool) merupakan
suatu alat untuk mengetahui besaran baik itu besaran, ukuran atau dimensi dan
kondisi fisik suatu komponen. Sacara umum alat ukur yang sering digunakan
terdiri atas alat ukur mekanik dan alat ukur listrik.
1.Alat Ukur
Mekanik
Alat ukur mekanik adalah alat ukur yang
biasanya digunakan untuk mengetahui ukuran atau dimensi dan kondisi fisik
suatukomponen seperti panjang, lebar, tinggi, kerataan, dan sebagainya. Dalam
penggunaannya pembacaan hasil pengukuran dengan alat ukur
mekanik dapat langsung dibaca pada
skala alat ukurnya atau dengan bantuan alat ukur lain yang memiliki skalau
ukur. Adapun alat ukur mekanik diantaranya adalah:
a.
Mistar Baja
Mistar baja digunakan di bengkel untuk
panjang, lebar atau tebal suatu benda. Mistar baja juga bisa dipakai
menggantikan straight edge untuk memeriksa kerataan, misalnya kerataan kepala
silindermotor/mobil. Permukaan dan bagian sisi rata mistar baja terdapat
guratan-guratan sebagai sisi ukur. Untuk ukuran metrik : 1 cm dibagi dalam 10
bagian atau 20 bagian yang sama, sedangkanpada ukuran inchi/ dim, 1 inchi
dibagi
menjadi 16 atau 32 bagian sehingga
berjarak 1/8”, 1/16”, 1/32”. Selain mistar baja, di bengkel juga sering
digunakan mistar gulung untuk mengukur bagian yang cembung, menyudut, cekung
dan benda-benda yang panjang dan tak bisa diukur dengan mistar baja.
Gambar 1.31
Mistar baja
b.
Straight Edge
Straight edge merupakan alat ukur untuk
mengukur kerataan atau kebengkokan permukaan dari suatu komponen. Bentuk straight
edge tampak seperti mistar baja, tetapi tidak terdapat skala ukuran pada
permukaannya serta lebih tebal. Dalam bidang otomotif, straight edge digunakan
misalnya untuk mengukur kerataan permukaan blok silinder dan kepala silinder sepeda
motor atau mobil. Untuk mengetahui kerataan dan keausan dari plat penekan,
masukkan feeler gauge ukuran tertentu di antara permukaan plat dan straight
edge.
Gambar 1.32 Straight
Edge
c.
Micrometer
Micrometer adalah alat ukur untuk
mengukur diameter (dalam/luar) maupun kedalaman lubang dangan tingkat akurasi bisa
mencapai 3 (empat) angka di belakang koma (0,001 mm).
Micrometer terbagi dalam 3 (tiga)
jenis, yaitu:
-
Outside micrometer, digunakan untuk
mengukur diameter luar sepperti pada piston, pin, poros engkol, dll.
Konstruksi micrometer luar secara umum
sama, tetapi untuk setiap jenisnya dilengkapi dengan perangkat tambahan yang
membantu menunjukkan tingkat ketelitian pengukuran alatnya. Tingkat ketelitian
micrometer luar bervariasi, yaitu 1/100 mm (0,01 mm) dan 1/1000 mm (0,001 mm).
Gambar 1.35 Outside Micrometer
Pembacaan hasil pengukuran dilakukan
dengan memperhatikan penunjukan antara skala pada tabung ukur dengan skala
nonius pada tabung putar yang segaris dengan skala tabung ukur.
-
Inside
Micrometer (Micrometer dalam) digunakan untuk mengukur diameter dalam
misalnya pada silinder, tromol rem dll. Inside Mikrometer terdiri dari 2 (dua)
jenis yaitu micrometer dalam dengan dua titik dan mikrometer dalam pengukur
tiga titik. Tingkat ketelitian mikrometer dalam pengukur dua titik adalah sampai
0,01 mm sedangkan mikrometer dalam pengukur tiga titik memiliki tingkat
ketelitian sampai dengan 0,005 mm.
Jika diperhatikan, konstruksi
mikrometer dalam pengukur dua titik tampak seperti mikrometer dalam tanpa
rangka. Tingkat pengukuran sebuah mikrometer dalam pengukur dua titik ialah 25
mm. Bila disambungkan dengan alat bantu tongkat ukuran tertentu dalam dapat
diperoleh batas ukur sampai 1500 mm.
Mikrometer Kedalaman (Micrometer depth
Gauge), digunakan untuk mengukur kedalaman lubang. Agar diperoleh hasil
pengukuran yang tepat, ujung ukur harus menyentuh bagian terdalam lubang yang
diukur. Landasan micrometer ini harus tepat berada pada permukaan lubang
komponen. Gambar berikut memperlihatkan konstruksi mikrometer kedalaman. Prinsip
Pengukuran dan Pembacaan Hasil Pengukuran Mikrometer. Pada bagian tabung ukur
maupun tabung putar terdapat garis- garis dan angka yang berfungsi membantu
pembacaan ukuran pengukuran. Skala tetap pada bagian tabung ukur (outer Sleeve)
memiliki pembagian dalam ukuran milimeter (mm). Jarak antara masing-masing
garis sebesar 1 mm. Di antara jarak tiap mm terdapat gurat ukur sebesar 0,5 mm.
Garis 1 mm terdapat pada Prinsip Pengukuran dan Pembacaan Hasil Pengukuran Mikrometer.
Pada bagian tabung ukur maupun tabung
putar terdapat garis- garis dan angka yang berfungsi membantu pembacaan ukuran pengukuran.
Skala tetap pada bagian tabung ukur (outer Sleeve) memiliki pembagian dalam
ukuran milimeter (mm). Jarak antara masing-masing garis sebesar 1 mm. Di antara
jarak tiap mm terdapat gurat ukur sebesar 0,5 mm. Garis 1 mm terdapat pada bagian
atas sedangkan garis 0,5 mm diletakkan di tengah bawah antara gurat (strip)
bawah skala milimeter. Jumlah garis dan angka pengukuran pada tabung putar
dibagi dalam 50 bagian yang sama. Prinsip pengukuran mikrometer adalah inner
sleeve bergerak dan memutarkan spindle melalui ulirnya. Jadi, jika inner sleeve
bergerak satu kali, spindle bergerak sebanyak satu ulir.
Jarak ulir inner sleeve ialah 0,5 mm
sehingga apabila tabung putar( t h im b le ) diputar satu kal, maka poros geser atau landasan (spindel)
akan bergerak sejauh 0,5 mm.Di sekeliling tabung putar terdapat skala ukur yang
terbagi dalam 50 bagian (50 gurat ukur), maka satu bagian gurat ukur pada
tabung putar( t h im lb e ) jaraknya 0,5 mm : 50 bagian = 0,01 mm. Jadi, besarnya
nilai skala pada tabung putar adalah 0,01 mm. Jika tabung putar bergerak satu
kali, landasan bergerak sebanyak satu gurat garis). Landasan bergerak satu
gurat (garis) dari tabung putar yang berarti telah bergerak sebesar 0,01 mm (0,5 x 1/50)
d.
Vernier Caliper/
sketmat/ Jangka Sorong
Vernier caliper atau sketmat merupakan
alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur diameter (luar dan dalam)
dan/atau kedalaman lubang. Vernier caliper mempunyai 2 skala pengukuran, yaitu
skala utama dan skala vernier atau skala nonius.
Berdasarkan konstruksinya, jangka
sorong dapat dibedakan seperti jangka sorong universal, jangka sorong dengan
ujung yang dapat berputar, jangka sorong pengukur ketinggian, jangka sorong
penukur kedalaman, jangka sorong pengukur jarak sumbu dll. Tingkat ketelitian
jangka sorong yang ada adalah 0,1 mm, 0,05 mm, dan 0,02 mm.
Metode pengukuran jangka sorong
menggunakan skala utama dan skala vernier (skala nonius). Skala vernier
digunakan untuk mengukur jarak kecil dengan cara mencari perbedaan antara dua
tanda. Metode ini disebut pengukuran vernier. Untuk menentukan hasil pengukuran
tetap harus memperhatikan pembacaan dua skala tersebut. Di bawah ini gambar
skala ukur pada jangka sorong. Dari gambar di atas, hasil pengukuran yang
ditunjukkan oleh jangka sorong ketelitian 0,1 mm adalah sebagai berikut :
1. skala utama : 19 mm x 1 = 19 mm
2.Skala vernier : 6 x 0,1 mm = 0,6 mm + Hasil
Pengukuran = 19,6 mm
f.Dial Indicator
Dial indikator digunakan untuk mengukur
atau memeriksa karataan, kesejajaran, kebundaran, kehalusan, kebengkokan, kelurusan,
dan ketirusan dari suatu benda. Dial indicator dapat melakukan pengukuran
dengan ketelitian hingga mencapai 0,0005 mm.
Gambar 1.42
Dial indikator
Konstruksi sebuah alat dial indikator
seperti terlihat pada gambar di atas, terdiri atas jam ukur (dial gauge) yang
di lengkapi dengan alat penopang seperti blok alas magnet, batang penyangga,
penjepit, dan baut penjepit. Skala dan ring dial indikator dapat berputar ke
angka 0 agar lurus dengan penunjuk.
Penghitung putaran ukur jam berfungsi
menghitung jumlah putaran penunjuk. Ukuran yang dapat dibaca oleh sebuah dial indikator
ditentukan oleh besar garis tengahnya, kemampuan putaran, dan jarak pembagian
garis ukuran. Pada dial indicator jarak garis ukurannya berbeda-beda seperti
0,0005mm, 0,002mm, dan 0,001mm.
Yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan dial indicator adalah keadaan permukaan benda yang akan diukur
harus bersih, posisi spindel dial (ujung peraba) tegak lurus pada permukaan
komponen yang diperiksa, dan metode pengukuran yang digunakan. Adapun metode
pengukuran yang digunakan dial indicator adalah sebagai berikut:
- benda kerja yang dipindahkan, dial
indikator tetap pada posisi diam.
- Dial indikator yang dipindahkan,
benda kerja tetap pada posisi diam.
- Benda kerja diputar, dial indikator
tetap pada posisi diam.
e. Cylinder Bore Gauge
Cylinder bore gauge termasuk dalam
jenis alat ukur yang menggunakan jam ukur (dial gauge). Dalam pengukuran komponen-komponen
otomotif, alat ini biasanya digunakan untuk mengukur diameter silinder dan
komponen lain secara teliti. Diameter daerah pengukuran yang dapat dijangkau
oleh cylinder bore gauge berkisar antara 50 mm sampai dengan 300 mm.
Seperti terlihat pada gambar di atas
konstruksi alat initerdiri dari sebuah jam ukur dan pada ujung lain terdapat runcing
pengukur (measuring point). Adapun komponen lain adalah cincin pengganti
(replacement washer) dan batang pengganti (replacement rod).kedua kompenen ini
baik cincin pengganti maupun batang pengganti tealah memiliki spesifikasi
ukuran tertentu. Oleh karana itu, kejelian dalam memilih spesifikasi ukuran
kedua komponen ini sangat membantu dan mempermudah kita dalam melakukan
pengukuran itu sendiri.
Contoh penggunaan cylinder bore gauge
adalah dalampengukuran diameter silinder. Langkah pertama yang harus dilakukan
adalah mengukur diameter silinder dengan jangka sorong (vernier caliper) untuk
mengetahui ukuran dari silinder dan untuk pemilihan spesifikasi cincin
pengganti dan batang pengganti. Selanjutnya, lihat angka di belakang koma
jangka sorong apakah lebih besar atau lebih kecil dari 0,5 mm.
Misalnya setelah dilakukan pengukuran hasil
akhir pengukurannya diketahui diameter silinder adalah 52,86 mm, maka pilihan
untuk batang pengganti adalah spesifikasi 50 mm, sedangkan cincin pengganti
adalah 3 mm. Bila hasil pengukuran dengan jangka sorong dalam pengukuran ini adalah
52,22 mm maka alternative pilihan batang pengganti adalah ukuran 50 mm dan
cincin pengganti 2 mm.
Tetapi, bila setelah pemilihan hasil
pengukuran pertama dari cincin pengganti 3 mm dan batang pengganti 50 mm, maka langkah
selanjutnya adalah kalibrasi cylinder bore gauge dengan menggunakan micrometer
luar (outside micrometer).
Caranya adalah micrometer luar diset
pada ukuran 52,86 mm. Tempatkan batang pengganti dan runcing pengukur ke dalam micrometer
luar tersebut dan dial gauge alat ini diset pada nol ke jarum penunjukannya.
micrometer luar tersebut dan dial gauge
alat ini diset pada nol ke jarum penunjukannya.
Gambar 1.44
Penggunaan Cylinder bore gauge pada silinder
Seperti terlihat pada gambar di atas,
cylinder bore gauge dimasukkan ke dalam silinder yang hendak di ukur, gerakkan cylinder
bore gauge secara perlahan-lahan sampai diperoleh hasil angka pengukuran
terkecil. Misalnya diperoleh angka pengukuran terkecil 0,03 mm, hal ini berarti
diameter silinder yang diukur tersebut 0,03 lebih kecil dari 52,86 mm. Dengan demikian,
hasil pengukuran adalah 52,83 mm (52,86 – 0,03mm).
f. Feeler Gauge
Feeler gauge
atau lidah ukur sering dipakai untuk mengukur celah yang sulit dijangkau oleh
alat ukur lainnya, misalnya celah katup, celah bantalan, celah samping ring
piston, dsb. Feeler gauge sering juga disebut dengan thicknes gauge.
Alat ini
terdiri dari beberapa lembaran baja tipis yang memiliki presisi ukuran sampai
0,01 mm. Umumnya thicknes gaugememiliki ketebalan antara 0,03 mm sampai 1,00
mm.
Gambar 1.45
feeler Gauge
Cara menggunaka
feeler gauge sangat mudah, yaitu dengan menyisipkan bilah atau lembar feeler
gauge ukuran tertentu di antara dua komponen yang akan diukur. Bila feeler gauge
terasa mudah masuk dan keluar, hal tersebut menunjukkan bahwa ukuran celah
tersebut masih belum sesuai.
Gantilah ukuran
feeler gauge dengan lembaran yang berbeda hingga dirasakan ukuran adanya
hambatan berupa gesekan antara lembar feeler gauge dengan sisi komponen yang diukur
saat ditarik keluar. Ukuran tebal feeler gauge sama dengan besar celah di
antara dua komponen tersebut.
g.
Screw Picth Gauge
Merupakan alat
yang digunakan untuk mengukur jarak ulir baut. Sama seperti feeler gauge, satu
set alat ini terdiri dari beberapa bilah dengan bentuk yang berbeda. Ukuran setiap
bilah tercantum pada tiap bilahnya
h. Hidrometer
Hydrometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis elektrolit dalam aki.
Ketika aki digunakan untuk starter, lampu, dan sebagainya, terjadi reaksi
pengosongan atau baterai mengeluarkan arus listrik yang menyebabkan asam sulfat
(H2So4) sedikit demi sedikit berubah menjadi H2O.
Akibatnya berat
jenis turun karena konsentrasi elektrolitnya berkurang. Bentuk sebuah
hidrometer lengkap dengan pengukur aero dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Untuk mengukur berat jenis baterai, masukkan hydrometer ke dalam sel baterai, lalu
hisaplah elektrolit ke dalam tabung gelas hidrometer sampai pelampung tidak
menyentuh tabung gelas. Bacalah hasil berat jenis elektorlit setinggi mata.
Berat jenis
elektrolit yang diijinkan untuk aki antara 1,220 – 1,229. bila aki dalam
keadaan isi penuh, berat jenisnya harus 1,26 sampai 1,28 pada suhu 20°C. Jika
ditemukan berat jenis elektrolit dari hasil pengukuran kurang dari 1,220, maka
hal yang perlu dilakukan adalah aki perlu diisi atau di-charge sampai penuh.
Namun bila berat jenis aki melebihi batas maksimum atau di atas 1,290 maka
tambahkan air suling untuk menurunkan berat jenis aki sampai kondisi normal.
i.Pengukur Tekanan
Kompresi (Compression
Tester)
Untuk mengukur
tekanan kompresi piston digunakan Compression tester. Alat ini dibedakan
menjadi pengukur tekanan kompresi untuk motor bensin dan pengukur tekanan kompresi
motor diesel. Manometer pada alat ini berfungsi untuk menunjukkan besar tekanan
kompresi silinder ketika dilakukan pengukuran.
Di dalam manometer
terdapat jarum penunjuk dan skala tekanan kompresi dalam beberapa satuan
ukuran. Gambar model alat pengukur tekanan kompresi ddan cara penggunaan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini prosedur pengukuran tekanan kompresi adalah
sebagai berikut :
- Lepaskan busi
dari rumahnya, masukkan ujung slang compression tester pada rumah busi
- Starter mesin
beberapa saat sampai mesin berputar 200 rpm, lalu baca besar tekanan kompresi
pada manometer
- Tekanan
kompresi yang rendah menunjukkan ring piston yang aus, kebocoran pada packing,
dan penyetelan celah katup yang terlalu renggang.
2. Alat Ukur Elektrik
Alat ukur
listrik adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur besaran listrik seperti
tegangan (V), Arus (I), tahanan (Ω) dan daya (W). alat ukur listrik yang biasa
digunakan pada bengkel otomotif adalah multimeter/ Avometer (Ampere-Volt-Ohm
meter).
Amperemeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur besar arus listrik pada jaringan atau
instalasi kelistrikan. Pemakaian amperemeter yang benar adalah dihubungkan
secara seri dengan rangkaian yang hendak diukur arusnya.
Gambar 1.52
Penggunaan Amperemeter
Tahanan dalam
amperemeter sangat kecil sehingga apabila dihubungkan secara paralel pada
pengukuran arus listrik akan terjadi hubungan singkat yang mengakibatkan rusaknya
amperemeter.
Amperemeter akan digunakan untuk mengukur kuat arus aki sebuah
sepeda motor. Tidak dibenarkan menghubungkan langsung terminal positif aki
dengan salah satu kabel terminal amperemeter dan menghubungkan kabel terminal
amperemeter lain dengan terminal negatif aki (dihubungkan secara paralel). Penyambungan
secara langsung ini akan mengakibatkan terjadinya hubungan singkat yang
menyebabkan kerusakan pada amperemeter. Jika hendak mengukur arus aki, terlebih
dahulu harus memeriksa rangkaian listrik sepeda motor seperti system penerangan,
klakson, dan sebagainya yang menggunakan aki sebagai sumber arus, baru kemudian
dapat diukur arus baterai yang dipakai untuk sistem penerangan itu. Penggunaan amperemeter
yang benar adalah dengan menghubungkan terminal negatif amperemeter pada kabel
arus positif aki. Kemudian hubungkan terminal positif amperemeter dengan kabel
sistem penerangan.
b. Voltmeter
Voltmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besar
tegangan listrik yang mengalir dalam sebuah rangkaian listrik pada sebuah
sumber arus seperti aki, generator, alternator, dan sebagainya. Berbeda dengan
amperemeter yang dihubungkan secara seri, penggunaan voltmeter dilakukan dengan
menghubungkan secara paralel terhadap kedua ujung rangkaiannya. Terminal positif
voltmeter dihubungkan dengan sumber arus listrik,
sedangkan
terminal negative dihubungkan dengan massa atau terminal negative. ada contoh pengukuran seperti pada gambar di atas, untuk
mengetahui besarnya arus listrik yang mengalir pada rangkaian sistem penerangan
maka prosedur pengukurannya dengan menghubungkan kabel terminal positif
voltmeter pada kabel arus sistem penerangan. Sedangkan kabel negative voltmeter
dihubungkan dengan massa atau terminal negatif aki.
c. Ohm-meter
Ohmmeter adalah
alat pengukur hambatan atau tahanan suatu komponen. Pengukuran hambatan ini
dilakukan pada saat mesin mati, dalam keadaan tanpa arus listrik, atau sumber
arus listriknya telah diputuskan. Pemakaian ohmmeter yang lama akan membuat
baterainya menjadi lemah dan mengakibatkan pembacaan pengukuran menjadi tidak
tepat. Sebab itu, ketika dipakai untuk mengukur tahanan suatu rangkaian
komponen listrik atau lainnya, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi ohmmeter. Penggunaan
ohmmeter untuk pemeriksaan tahanan system kelistrikan otomotif cukup banyak,
seperti mengukur tahanan kabel tegangan tinggi, tahanan lilitan dalam
alternator, tahanan resistor pada system pengapian konvensional (pada mbil),
dsb Multitester atau multimeter sering juga disebut AVO meter yang dimana AVO
ini merupakan singkatan dari Ampere-Volt- Ohm. Avo meter adalah alat uku yang
berfungsi untuk mengukur kuat arus listrik, tegangan dan tahanan rangkaian kelistrikan,
dan hubungan singkat komponen system kelistrikan. Terdapat dua jenis multimeter,
yaitu jenis digital yang penunjukan hasil pengukurannya langsung dengan angka-angka,
dan multimeter analog yang menggunakan jarum penunjuk sebagai penunjuk hasil
pengukuran. Multimeter merupakan alat yang peka terhadap medan magnet. Dengan demikian,
multimeter tidak boleh disimpan dalam suatu lapangan magnit yang kuat sebab
dapat mengurasingi sensitivitas alat ukur. Baterai yang telah habis yang
dibiarkan tinggal dalam alat multimeter dapat menyebabkan masuknya elektrolit
ke dalam komponen sehingga menyebabkan kerusakan
Gambar 1.59
Multimeter Analog
Ketika hendak
menggunakan multimeter terlebih dahulu selector diarahkan pada pilihan jenis
pengukuran yang akan dilakukan misalnya tahanan (Ω), arus (A), voltase (V) dan sesuaikan
dengan pilihan range nilai pengukuran tiap-tiap jenispengukuran misalnya 25 V,
50 V, 250 mA, X1 Ω, X10 Ω, lalu kalibrasi agar alat penunjukan ukuran hasil
pengukuran dengan tepat. Selanjutnya pembacaan hasil pengukuran pada skala ukur
disesuaikan dengan pilihan pengukuran yang diarahkan selector.
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat ukur (measuring tool) merupakan
suatu alat untuk mengetahui besaran, ukuran atau dimensi dan kondisi fisik
suatu komponen. Sacara umum alat ukur yang digunakan terdiri atas alat ukur
mekanik dan alat ukur listrik.
Keduanya memiliki fungsi yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan jenis kegiatan yang dikerjakan.
Minggu, 01 Desember 2013
rem
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT,
shalawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena
dengan taufik dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan laporan hasil Praktek
Kerja Lapangan (PKL/PSG).
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011 Jurusan
Mekanik Teknik Otomotif.
Dan dalam kesempatan ini pula, kami hendak
menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang membantu kami dalam
menyelesaikan penulisan Laporan Praktek Kerja Industri ini, diantaranya :
1. Bapak Drs.Asep Saripul
Anam, selaku Kepala SMK Negeri 7 Balaeendah yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan PKL
2. Bapak Yayat Supriyatna,S.Pd,
selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang
Hubungan Industri.
3. Bapak Drs.Dudi
Tjardiman, selaku pembimbing dari sekolah yang telah senantiasa mengontrol dan
membimbing kami pada saat pelaksanaan PKL.
4. Bapak Slamet Budiono,
selaku pembimbing dari perusahan yang telah senantiasa membimbing kami sewaktu
melaksanakan kegiatan di perusahaan.
5. Kedua orang tua yang
telah membantu do’a dan dorongan serta bantuan baik moril maupun materil.
6. Semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberi motivasi dan dorongan dalam
melaksanakan PKL.
Dalam
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL), penulis menyadari sepenuhnya,
bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari sempurna, akan
tetapi dengan kemampuan yang ada kami mencoba untuk menyusun sebaik mungkin
dengan harapa
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar …………………………………………………………….. i
Daftar Isi …………………………………………………………………… 1
Daftar Gambar …………………………………………………………….. 2
Daftar Lampiran…………………………………………………………… 3
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang Praktek Kerja Industri (PKL)………………….
4
1.2 Landasan
Hukum (PKL)……………………………………….. 4
1.3 Tujuan
Pembuatan Laporan……………………………………….
1.4 Uraian
Pembatasan Bahan Materi Kegiantan Praktek……………
1.5
Sistematika Penulisan Laporan PKL……………………………..
BAB II
Uraian Perusahaan
2.1 Visi dan
Misi Perusahaan…………………………………………
2.2 Sejarah
Berdirinya Perusahaan…………………………………..
BAB III
Landasan Teori
BAB IV Materi Kegiatan Prakerin
BAB V Penutup
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
BAB III
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Rem
Rem berfungsi untuk mengurangi
kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan serta memberikan
kemungkinan dapat memparkir kendaraan ditempat yang menurun.Peranan rem sangat
penting dalam sistem mesin, misalnya pada mesin mobil, sepeda motor, mesin
cuci, dan sebagainya. Selain itu rem juga mempunyai kelemahan yaitu rem sering
mengalami blong, hal ini diakibatkan
karena pemeliharaan yang kurang rutin dan penyebab terjadinya rem blong yaitu
pad rem habis (aus), minyak rem habis, dan terjadinya kebocoran pada seal
piston rem, master rem, ataupun pada selang remnya, maka dari itu pemeliharaan rem harus sangat
diperhatikan.
2. Jenis-jenis rem
Rem dibagi menjadi dua
jenis yaitu :
a. Rem cakram
Mobil modern kebanyakan
telah menerapkan piranti yang satu ini.Biasanya piranti seperti ini dapat
ditemukan pada roda kendaraan baru sehingga dalam setiap penggunaannya menjadi
maksimal dan terarah.
Rem cakram menjadi
salah satu sistem pengereman modern terbaik pada mobil dan ideal untuk
diterapkan pada setiap mobil, terutama yang telah memakai mesin berkapasitas CC
besar. Sistem kerja rem cakram adalah dengan menjepit cakram yang biasanya
dipasang pada roda kendaraan melalui caliper yang digerakkan oleh piston untuk
mendorong sepatu rem (brake pads) ke cakram.
1. Kelebihan rem cakram
Rem cakram dapat
digunakan dari berbagai suhu, sehingga hampir semua kendaraan menerapkan sistem
rem cakram sebagai andalanya.selain itu rem cakram tahan terhadap genangan air
sehingga pada kendaraan yang telah menggunakan rem cakram dapat menerjang
banjir.
Kemudian rem cakram
memiliki sistem rem yang berpendingin diluar (terbuka) sehingga pendinginan
dapat dilakukan pada saat mobil melaju, ada beberapa cakram yang juga
dilengkapi oleh ventilasi (ventilatin disk) atau cakram yang memiliki lubang sehingga
pendinginan rem lebih maksimal digunakan.
Kegunaan rem cakram
banyak dipergunakan pada roda depan kendaraan karena gaya dorong untuk berhenti
pada bagian depan kendaraan lebih besar dibandingkan di belakang sehingga
membutuhkan pengereman yang lebih pada bagian depan. Namun saat ini telah
banyak mobil yang menggunakan rem cakram
pada keempat rodanya.
2. Kekurangan rem cakram
Rem cakram yang sifatnya terbuka
memudahkan debu dan lumpur menempel, lama kelamaan lumpur(kotoran) tersebut
dapat menghambat kinerja pengeraman sampai merusak komponen pada bagian
caliper, seperti piston bila dibiarkan lama. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pembersihan sesering mungkin.
b. Rem tromol
1. Kelebihan rem tromol
Rem tromol digunakan untuk kendaraan
yang memerlukan kerja ekstra dalam pengereman contoh : kendaraan operasional
seperti bis, truk, minibus, dan sebagainya. Jadi rem tromol dapat digunakan
pada beban angkut yang berat (heavy duty) dengan bekerja secara maksimal.
2. Kekurangan rem
tromol
Rem tromol yang masih
menerapkan sistem tertutup dalam prosesnya.Dengan sistem ini membuat partikel
kotoran pada ruang tromol tersebut. Jadi untuk perawatan membersihkannya harus
membuka roda agar rumah rem dapat dibersihkan dari debu atau kotoran. Pada saat banjir air akan
mengumpul pada ruang tromol sehingga air akan menyulitkan sistem rem untuk
bekerja, jadi setelah rem tromol menerjang banjir, maka harus mengeringkannya dengan
menginjak setengah rem saat melaju sehingga bagian dalam rem tromol kering
karena panas akibat gesekan, setelah itu rem dapat digunakan kembali.
3. Nama-nama bagian rem
A. Rem Cakram
a) Piringan rotor
b) Selang rem
c) Plat pengatur pad
d) Plat momen
e) Plat rem
f) Pegas penahan pad
g) Pegas anti berisik
h) Shim anti cicit
i) Silinder rem
j) Karet pelindung utama
k) Perapat piston
l) Piston
m) Karet pelindung silinder
n) Ring set
o) Bushing lucur
p) Karet pelindung (Boot
1. Fungsi-fungsi Bagian Rem Cakram
1. Piringan rotor
Untuk menjamin pendiginan yang baik
2. Selang rem
Untuk jalurnya fluida
atau minyak rem
3. Plat pengatur pad
Untuk menahan rem
4. Plat momen
Penahan silinder agar
tidak jatuh
5. Pad rem
Untuk menghentikan
piringn rotor yang sekaligus menghentikan kendaran
6. Pegas penahan pad
Untuk menahan pad rem
agar tidak goyang atau pad rem tidak lepas karena tergajal
7. Pegas anti berisik
Agar pada saat
pengereman berlangsung pad rem tidak berisik
8. Shim anti cicit
Untuk menganjal pad rem pada silinder rem
agar yidak lepas
9. Silinder rem
Sebagai wadah dari pad rem
4. Chassis
Sistem chasis meliputi
suspensi yang menopang axle, kemudian untuk mengatur arah kendaraan, roda, ban
dan rem untuk menghentikan jalanya kendaraan. Sistem-sistem berpengaruh
langsung terhadap kenikmatan berkendaraan,stabilitas,stabilitas dan lain
sebagainya.
5. Sistem Rem
Sistem rem dirancang
untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan atau
memungkinkan perkir pada tempat yang menurun.Peralatan ini sangat penting untuk
keamanan berkendaraan dan juga dapat berhenti ditempat manapun, dan dalam
berbagai kondisi dapat berfungsi dengan baik dan aman.
Gambar 3.1 Sistem rem
6. Prinsip Rem
Kendaran tidak dapat
berhenti segera apabila mesin dibebaskan (tidak dihubungkan) dengan pemindah
daya, kendaraan cenderung tetap bergerak.Kelemahan ini harus dapat di kurangin
dengan maksud menurunkan kecepatan gerakan hingga berhenti.Mesin merubah energi
panas menjadi energi kinetik (energi gerak) untuk menggerakan
kendaraan.Sebaiknya, rem bekerja disebabkan oleh adanya sistem gabungan
penekanan melawan system gerak putar.Efek pengereman (breaking effect)
diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua objek.
Gambar 3.2 Prinsip Rem
7. Type Rem
Rem yang dipergunakan
pada kendaran bermotor dapat digolongkan menjadi beberapa type tergantung pada
penggunaannya.
1. Rem kaki (foot brake) digunakan untuk
mengontrol kecepatan dan menghentikan kendaran.
2. Rem parkir (parking break) digunakan
terutama untuk memarkir kendaraan.
3. Rem tanbahan (auluxialy brake) digunakan
pada kombinasi rem biasa (kaki) yang digunakan pada truk diesel dan kendaran
berat.
4. Engines break digunakan ada kalanya untuk
menurunkan kecepatan kendaraan, Beaking effect (reaksi pengereman) ditimbulkan
oleh tahanan putarn dari mesin itu sendiri, tidak ada khusus yang diperlukan,
untuk itu engine break tidak diterangkan
Rem
hiraulis
Rem kaki Rem
roda
Rem
panematik
Center brake
Rem Rem parkir Rem mekanik
Rem roda belakang
Rem tambahan Exchaust
brake
8. Rem kaki
Rem kaki (foot break) di kelompokan
menjadi dua tipe,yaituh:
1. Rem hidraulis (hydraulic
break)
2. Rem panematik (peneumatic
break)
Rem hidraulis lebih
respond lebih cepat dibanding tipe
lainnya, dan juga konstruksinya yang khusus dan handal (superior design
flexibility). Dengan adanya keuntungan tersebut, rem hidraulis banyak digunakan
pada kendaran penumpang truk ringan.
Sistem rem panematik
termasuk kompresor atau jenis yang menghasilkan udara, udara yang bertekanan
yang digunakan untuk menambah daya pengereman.Tipe sistem rem ini banyak
digunakan pada kendaran berat seperti truk dan bus.
Cara kerja rem
hidraulis sebagai berikut: rem hidraulis menekan mekanisme rem dan menyalurkan
tenaga rem, dan mekanisme pengereman akan menimbulkan daya pengereman.
Gambar 3.3 Rem
Hidraulis
9. Mekanisme kerja
A. Master Silinder
Master silinder mengubah gerak pedal rem
kedalam tekanan hidraulis.
Master silinder terdiri
dari reservoir tank yang berisi minyak rem, demikian juga master silinder yang
membangkitkan tekanan hidraulis. Ada dua tipe silinder: tipe tunggal dan tipe
ganda. Master silinder tipe ganda banyak digunakan dibandingkan tpe tunggal.
Gambar 3.4 Master
Silinder Tunggal Tipe Konvensinal
B. Boster Rem
Tenaga penekanan pada
pedal rem dari seorang pengemudi tidak cukup kuat untuk segerah menghentikan
kendaraan. Boster rem melipat gandakan daya pemekanan pedal, sehingga daya
pengereman yang lebih besar di perlukan.
Boster dapat dipasang
menjadi satu dengan master silinder (type integral) atau dapat juga dipasang
secara terpisah dari master silinder itu sendiri.
Boster rem mempunyai
diaphragma (memberan) yang bekerja dengan adanya perbedan tekanan antara
tekanan atmosfir dan kevakuman yang dihasilkan dari dalam intake manifold
mesin. Master silinder di hubungkan dengan pedal dan memberan untuk memperoleh
daya pengereman yang besar dari langkah pedal yang minimum.
Bila boster rem tidak
dapat berfungsi dikarenakan satu dan lain hal, boster rem dirancang sedemikian
rupa sehingga hanya tenaga bosternya saja yang hilang dengan sendirinya rem
akan memerlukan gaya penekanan pedal yang lebih besar, tetapi kendaran dapat
direm normal tanpa bantuan boster. Untuk kendaran yang digerakkan oleh mesin
diesel, boster remnya diganti dengan pompa vacum karena kevacuman yang terjadi
pada intake manifold pada mesin diesel tidak cukup kuat.
Boster body dibagi
menjadi bagian depan (ruang tekan tenaga) dan bagian belakang (ruang tekan
variasi), dan masimg-masing ruang dibatasi dengan memberan dan piston boster.
Mekanisme katup
pengontrol (control valve mechanis). Termasuk katup udara, katup vakum, katup
pengontrol dan sebagainya yang berhubungan dengan pedal rem melalui batang
penggerak katup (valve operating road).
Gambar 3.5 Boster Rem
C. Katup Pengimbang
Kendaran dihentikan
dengan adanya gesekan antara ban dan ditambah jalan. Gesekan ini akan sesuai
adanya pembagian beban pada roda. Biasanya kendaran yang mesinnya terletak
didepan, bagian depannya lebih berat dibandingkan dengan bagian belakangnya,
bila kendaran direm, maka titik pusat gravitasi akan pindah kedepan (bergerak
maju) disebabkan adanya gaya intertia, dan karena adanya beban yang besar
menyatu pada bagian depan.
Bila daya cengkeram
pengeremannya berlaku sama terhadap keempat rodanya, maka roda belakang akan
terkunci (menyebabkan slip antara ban dan permukan jalan) ini disebabkan oleh
daya pengereman terlalu besar dengan terkuncinya roda belakang gesekan akan
menurun, dan roda belakang seperti ekor ikan (bergerak kekanan dan kekiri dan
sukar terkontrol) dan ini sangat berbahaya.
Dengan alasan tersebut,
diperlukan alat pembagi tenaga sehingga dapat diberikan pengereman yang lebih
besar untuk roda depan dari pada roda belakang atas tersebut disebut katup
pengembali (proportioning valve) atau bias disebut katup P. Alat ini bekerja
secara otomatis menurutkan tekanan hidraulis pada silinder roda belakang dengan
demikian daya pengereman (daya cengkeram) pada roda belakang akan berkurang.
Di samping katup P,
efek yang sama akan diperoleh dari load silinder and proportioning valve (LSPV)
yang merubah tekanan awal split point dari roda-roda belakang sesuai
Dengan beban,
proportioning and by pass valve (P dan BV) yang meneruskan tekanan master
silinder langsung ke silinder roda tanpa melalui katup P bila system rem dapat
tidak berfungsi, katup decelaration sensing proportioning valve (DSPV) yang
membedakan tekanan awal split point sesuai dengan,deselerasi selama pengereman
dan perlengkapan lainnya.
Gambar 3.6 Tipe katup
10. Rem Cakram
Rem cakram (disc brake) pada dasarnya terdiri pada
cakram yang terbuat dari besi tuang (disc rotor) yang berputar dengan roda dan
bahan gesek (dalam hal ini disc pad) yang mendorong dan menjepit cakram. Daya
pengereman dihasilkan oleh adanya gesekan antara disc pad dan cakram (disc).
Gambar 3.7 Rem Cakram
Karakteristik dari
cakram hanya mempunyai sedikit aksi energi sendiri (self energizing action),
daya pengreman itu sedikit dipengaruhi oleh fluktualisi koefisien gesek yang
manghasilkan kesetabil tinggi.Selain itu, karena permukaan bidang gesek selalu
terkena udara, radiasi panasnya terjamin baik, ini dapat mempengaruhi dan
menjamin dari tekanan air.
Rem cakram mempunyai
batasan pembuatan pada bentuk dan ukuranya. Ukuran disc tambahkan tekanan
hidraulis yang lebih besar untuk mendapatkan daya pengereman yang efisien, juga
pad akan lebih cepat aus dari pada sepatu rem pada rem tromol. Tetapi
konstruksi yang sederhana mudah pada perawatannya penggantian pad.
A. Komponen-komponen
Piringan (disc rotor)
Komponen Caliper
utama
Pad rem
Caliper akan diterngkan
pada “jenis-jenis caliper rem cakram”
B. Piringan (disc)
Umumnya cakram atau
piringan (disc rotor) dibuat dari besi tuang dalam bentuk biasa (solid) dan
berlubang-lubang untuk ventilasi.
Tipe cakram lubang
terdiri dari pasangan piringan berlubang untuk menjamin pendinginan yang
baik,kedua-duanya untuk mencegah fading dan menjamin umur pad lebih panjang
atau tahan lama.
Gambar 3.8 Tipe piringan
C. Pad Rem
Pad (disc pad) biasanya
dibuat campuran metalikfiber dan sedikit serbuk besi.Tipe ini disebut
dengan”semi metalik disc pad”.
Pada pad diberi garis
celah untuk menunjukan tabel pad (batas yang diijinkan). Dengan dengan demikian
mempermudah pengecekan keausan pad.
Pada beberapa pad,
penggunaan metalik plat (disebut dengan anti-sequal shim) dipasang pada sisi
piston dari pad untuk mencegah bunyi disaat pengereman berlangsung
Gambar 3.9 Tipe Pad Rem
D. Jenis-jenis Kaliper
Kaliper juga disebut
dengan cylinder body, memanggang piston-piston dan dilengkapi dengan saluran
dimana minyak rem disalurkan ke silinder. Kaliper dikelompokan sebagai berikut
menurut jenis pemasangannya:
1. Type Fixed Caliper (double piston)
2. Type Floating Caliper (single piston)
1. Type Fixed Caliper (double piston)
Kaliper dipasangkan
tepat pada excel atau strut. Seperti digambarkan dibawah ini, pemasangan
caliper dilengkapi dengan sepasang piston. Daya pengereman didapat apabila pad
ditekan piston secara hidraulis pada kedua ujung piringan atau cakram.
Fixed Caliper adalah
dasar desain yang sangat baik dan dijamin dapat bekerja lebih akurat.Namun
demikian radiasi panasnya terbatas karena silinder rem berada antara cakram dan
velg, menyebabkan sulit tercapainya pendinginan.Untuk ini membutuhkan
penambahan komponen yang banyak.Untuk mengatasi hal tersebut jenis Caliper
Fixed ini sudah jarang digunakan.
Tipe Fixed Caliper
Gambar 3.10 Type Fixed
Caliper (double piston)
2. Type Floating Caliper (single piston)
Seperti terlihat pada
gambar piston banyak ditempatkan pada satu sisi caliper saja. Tekanan hidraulis
dari master silinder mendorong piston (A) dan selanjutnya menekan pada rotor
disc (cakram). Pada saat yang sama tekanan hidraulis menekan sisi pad (Reaksi
b). Ini menyebabkan caliper bergeak kekanan dan menjepit cakram dan terjadinya
usaha tenaga pengereman.
Gambar 3.11 Type
Floating Caliper (single piston)
Kaliper tipe Floating
dapat di golongkan sebagai berikut:
Tipe semi floating Tipe S
Tipe F
Tipe Full floating Tipe FS
Tipe AD
Tipe PD
3. Type semi Floating (Tipe PS)
Kaliper dipasangkan
dengan bantuan dua buah pen pad torkue plit.Apabila rem bekerja maka body
bergerak masuk dengan adanya gerak piaton. Tekanan pengereman yang berlaku pada
pad bagaikan luar diterima oleh caliper dan meneruskan momen kepada arah
putaran. Kekuatan reaksi pada bagian dalam diterima langsung oleh plate.
Mekanisme tipe ini sangat
sederhana, tipe caliper ini cenderung tidak berfungsi sangat kecil, dan
memenuhi syarat semua perawatan dan memiliki kemampuan pengereman.Tipe ini
sering digunakan pada cakram belakang yang rem parkirnya terpasang didalamnya.
\
Gambar 3.12 Type Semi
Floating (type PS)
4. Type Full-floating
a. Type FF
Seperti diperlihatkan
gambar di bawah, tipe FF mempunyai caliper yang ditunjang oleh torque plat
sedemikian rupa sehingga memungkinkan gerak piston untuk menekan pad bagian
luar.
Gambar 3.13 Type FF
b. Tipe FS
Kaliper tipe ini
dipasang menggunakan dua pin (main pin dan sub pin) pada torque plat yang di
buatkan pada caliper itu sendiri, seperti pada gambar. Kaliper dan dua pin
digerakan pada caliper satu unit oleh piston. Reaksi tenaga (reaction force)
dari iner dan outer pad diterima oleh torque plat dan demikian momen (torque)
tidak diteruskan ke pin. Selanjutnya, bagian yang meluncur (slinding section )
pada caliper (main dan sub pin) disembunyikan seluruhnya. Hal ini merupakan
desain yang dapat menambah pada bagian ini. Tipe FS agak kurang terseretnya
tipe FF dan sering digunakan pada rem-rem depan kendaran mewah.
Gambar 3.14 Type FS
c. Tipe AD
Seperti diperhatikan
gambar dibawah ini, main pin pada tipe ini adalah press-fitted pada torque plat
bersama dengan sub pin yang di buatkan. Stainles steep plat (suatu shim untuk
mengurangi bunyi squel plat) dipasang pada plat yang bersentuhan untuk mencegah
suara yang kurang enak dan keausan pad. Tipe ini digunakan pada rem dalam kendaran
ukuran menengah.
Gambar 3.15 Tipe AD
d. Type PD
Tipe PD pada dasarnya
sama dengan tipe AD kecuali pada main dan sub pin saja yang dibuat pada torque
plat. Tipe PD ini pada rem depan kendaraan penumpang yang ukurannya kecil.
Gambar 3.17 Type PD
BAB IV
MATERI KEGIATAN PRAKTEK
1. Grand Livina
2. Memeriksa rem cakram
3. Rem sudah tidak nyaman digunakan
4. Memperbaiki dan mengganti
5. Alat :
Bahan :
1. Kunci kombinasi no 12,14,
1. Ped Rem Baru
2. Obeng (─)
2. Oli Gemuk
3. Kunci shock 21
4. Impect
5. Kunci moment
6. Langkah kerja
Gambar 4.1 Pad Rem
a. Melepas
1. Angkat kendaraan dan lepaskan semua roda
Kendorkan mur-mur roda
Bersihkan kaliper dengan
udara
2. Amankan kepala sub-pen dengan kunci dan
buka baut kaliper
3. Tarik kaliper dan balikkan ke atas
kemudian masukkan baut yang telah lepas kedalam plat penahan agar kaliper tidak
terjatuh.
4. Jangan melepas slang rem
a. Jangan melepas kaliper dari plat penahan
b. Jangan menginjak pedal rem pada waktu
kaliper tidak terpasang
Gambar 4.2 Melepas baut
sub-pen
5. Buka pad rem
6. Buka pad dalam
7. Buka pad luar bersama dengan simnya
Gambar 4.3 Membuka pad
dalam
Gambar 4.4 Membuka pad luar dan sim
b. Pemeriksaan
1. Periksa keausan pad rem
a. Ukuran ketebalan pad rem
Jika kurang dari atau
mendekati 1.0 mm gantilah pad-padnya
b. Jika keausan pad tidak merata atau ada
kerusakan, mintalah petunjuk pada
instruktur.
2. Periksa mekanisme pen luncur kaliper.
Jika ada kerusakan,
kaliper perlu di overhaul mintalah petunjuk pada instruktur anda.
3. Periksa tebal piringan
a. Bersihkan permukaan piringan dengan menggunakan kain lap.
b. Ukur tebal piringan. Jika kurang dari minimum, piringan
harus diganti baru.Mintalah petunjuk dari instruktur anda.
Gambar 4.5 Mengukur
piringan
c. Pemasangan
1. Pasanglah pad rem
a. Bersihkan permukaan plat penahan
dimana pad piringan akan dipasang.
b. Pasanglah dengan betul plat penunjang (1),
plat pengantar pad (2), dan plat pegas anti berisik (3), pada plat momen (4).
Gambar 4.6 Pemasangan
pad rem
c. Bersihkan permukaan pad rem
menggunakan amplas tetapi jangan terlalu keras.
d. Sambil mendorong pegas (3) ke atas,
pasang pad luar beserta simnya (5) pada plat penahan.
e. Pasang pad dalam pada plat momen sama
seperti memasang pad luar.
Gambar 4.7 Pemasangan pada rem
2. Pasang kembali kaliper
a. Apabila pad baru akan dipasang keluarkan
sebagian minyak rem pada reservoir karena kalau tidak, minyak rem akan meluap
pada waktu piston didorong masuk kembali dan minyak rem bertambah pada
reservoir.
b. Dengan menggunakan gagang palu, tekan
piston masuk.
Gantilah pad satu
persatu sebab ada kemungkinan piston yang ada dibagian lain
kaliper akan keluar.
c. Masukkan kaliper secara hati-hati
sehingga boots piston tidak terjepit.
d. Pegang kepada subpen dengan kunci
kemudian kencangkan baut-baut kaliper pada momen spesifikasi.
e. Setelah kaliper dipasang perhatikan
bahwa boots pada pen utama dan sub pen terpasang dengan sempurna tanpa
terpuntir.
Gambar 4.8 Pemasangan kaliper
3. Stel ketinggian minyak rem di
dalam reservoir master silinder.
Lihat bagian
pemeriksaan dan penyetelan tinggi permukaan minyak rem pada pasal sebelum ini.
4. Periksa pemasangan pad rem.
Tekan pedal rem sekali dan lepaskan. Roda harus berputar dengan bebas.
Walau pad sedikit menyentuh piringan pada
waktu rem dilepas, hal ini tidak menyebabkan keausan yang berarti.
5. Pasang roda dan kencangkan roda
menggunakan kunci moment sesuai spesifikasi yaitu 12-14 Kgs.
6. Turunkan mobil.
BAB V
PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Dengan berakhirnya
kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) yang dimulai dari tanggal 01 Juli sampai
dengan tanggal 31 Agustus di PT Indosentosa Trada, maka penulis dapat
menyimpulkan antara lain :
“Rem yaitu alat untuk
mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan atau untuk
memungkinkan parkir pada tempat yang menurun. Peralatan ini sangat penting pada
keselamatan dan menjamin untuk pengendaraan
yang aman. Rem juga bias diartikan sebagai kebutuhan sangat penting
untuk keamanan berkendaraan dan juga dapat berhenti ditempat manapun, dan dalam
berbagai kondisi dapat berfungsi dengan baik dan aman”.
5.1. Saran-saran
Adapun saran-saran yang
ingin saya sampaikan sebagai berikut :
1. Untuk memasuki dunia industri
diperlukan keterampilan yang cukup.
2. Persiapan mental yang kuat dan
biasakan hidup dengan disiplin.
3. Taati semua peraturan yang berlaku
dan jangan coba-coba melanggarnya walaupun dalam artian sedikit.
4. Biasakan bersikap/berfikir kreatif
dan inisiatif dalam bekerja.
5. Perusahaan di harapkan biasa
memberikan kesempatan kepada siswa PKL untuk biasa ikut tes masuk ke
perusahan,perusahaan di harapkan memberikan ilmu bagi siswa yang PKL.
DAFTAR PUSTAKA
1. I. Solihin. Drs, Mulyadi. S.Pd., 2002
Perbaikan Chasis dan pemindahan tenaga, SMK. Tingkat 2, Bandung, CV. ARMICO.
2. Toyota Astra Motor 1995, New Step I Training Manual, Jakarta PT. TAM Training Center.
Langganan:
Postingan (Atom)